Sebagai salah satu makanan khas Italia, tentu saja Pasta udah cukup ngehits banget di kalangan masyarakat Indonesia saat ini. Bahkan kita gampang banget nemuin pasta di berbagai restoran di Indonesia. Siapa sangka, makanan yang satu ini ternyata punya sejarah yang super panjang.
Banyak teori yang telah disampaikan mengenai asal-usul pasta. Sebagian peneliti mengklaim penemuannya terjadi di Abad XIII oleh Marco Polo, yang katanya memperkenalkan pasta ke Italia setelah pulang dari salah satu perjalanannya ke Cina pada tahun 1271.
Pada bab CLXXI dari Buku Keajaiban Dunia, Marco Polo membuat referensi tentang pasta di Cina. Namun menurut Prof. Dr. Antonio Carluccio, seorang ahli kuliner Italia, "Teori Marco Polo sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa pasta sudah ada jauh sebelum itu, kembali ke masa peradaban Etruscan kuno."
Pihak internationalpasta.org mengkonfirmasi bahwa pasta memang sudah eksis lebih dahulu, berasal dari peradaban Etruscan, yang bikin pasta dengan cara menggiling beberapa sereal dan biji-bijian lalu nyampurin dengan air. Campuran itu kemudian dimasak dan menghasilkan makanan yang enak dan bergizi pol.
Ketika orang-orang Yunani mendirikan Naples, mereka ngadopsi hidangan buatan penduduk asli yang terbuat dari pasta tepung-barley dan air yang dijemur di bawah sinar matahari. Ditemukan juga referensi untuk hidangan pasta di Roma kuno sekitar abad III.
Cicero, seorang filsuf Romawi terkenal, bahkan pernah curhat soal kecintaannya pada laganum atau laganas, yaitu potongan pasta tepung terigu berbentuk lembaran lebar dan rata. Selama masa itu, orang Romawi udah ngembangiin alat khusus untuk bikin pasta untuk lasagna.
Dr. Giorgio Franchetti, sejarawan kuliner dari Universitas Roma, menyatakan, "Pasta menjadi pilihan makanan populer di kerajaan Romawi karena kemudahannya untuk disimpan dan diangkut. Ekspansi kekuasaan Roma membantu menyebarkan budaya menanam sereal di seluruh kawasan Mediterania."
Sedangkan istilah makaroni, ketemunya dalam tulisan-tulisan penulis Romawi sejak abad pertama. Platina, kurator perpustakaan Vatikan, nulis pada abad XII kalau makaroni dengan keju itu sebenernya warisan dari dapur Genoa dan Napoli, di mana penduduknya doyan makan ini tiap hari.
Dalam sebuah buku keren berjudul "The Cooking Pan" dari abad XIII, disebutin bahwa lasagna dimakan sebagai potongan pasta dalam kaldu. Di sisi lain, kemungkinan besar pasta datang ke Naples dari Yunani, mengingat Napoli dulunya pernah jadi koloni kerajaan Yunani. Dalam sejarah modern, pasta udah diterima banget di Spanyol, terutama mulai abad XVI, era di mana Naples berada di bawah kekuasaan Spanyol.
"Pasta segar sudah menjadi makanan pokok dan dihargai di Italia sejak zaman Etruscan dan Romawi," kata Prof. Maria Rosaria Cuomo, pakar sejarah kuliner Mediterania. Seiring berjalannya waktu, pasta terus nongol di meja makan Italia dengan berbagai nama berbeda. Misalnya, pada tahun 1400 pasta disebut lasagna dan produsen pasta disebut lasagnare.
Pada tahun 1800 namanya ganti dan mereka disebut sebagai vermicellai. Tapi, antara tahun 1400 dan 1800, di antara lasagna dan bihun lahir si fidelli; ini merupakan pasta berbentuk benang silinder. Dengan begitu, produsen pasta juga jadi fidellai.
Awal abad XVII, di Napoli lahir pohon cemara dan mesin produksi pasta yang masih jadul. Tingkat kesempurnaan maksimal dalam proses pembuatannya baru terjadi di Gragnano, beberapa kilometer dari kota Partenopea, tempat di mana cara pengeringan dan pengawetan pasta dikembangkan secara kece.
Perpanjangan mesin pengaduk memungkinkan produksi pasta dengan harga miring. Ini nih cara pasta bisa jadi makanan yang nyebar luas ke masyarakat. Kemudian, pada 1740, di kota Venesia, Paolo Adami dikasih izin untuk membuka pabrik pasta pertama.
Dr. Alberto Romano, ahli sejarah ekonomi Italia, menjelaskan, "Industrialisasi produksi pasta pada abad 18 merupakan revolusi dalam cara orang Italia mengonsumsi makanan. Harga yang lebih terjangkau membuat pasta menjadi makanan rakyat, bukan hanya hidangan kaum elit."
Seratus tahun kemudian, di Amalfi, pabrik air dan penggiling batu mulai dipakai, di mana semolina dipisahkan dari bekatul. Mesin-mesin ini membawa perkembangan pasar, keterampilan dan ekspor pasta melalui jalur laut.
Awal abad XIX, masakan paling high-class yang nangkring di meja kaum bangsawan ternyata dibuat dari hidangan pasta. Sedikit demi sedikit penggunaannya jadi kebiasaan gastronomi di kalangan kelas atas. Selama abad ini, konsumsi pasta kering menyebar dengan kecepatan kilat di antara seluruh masyarakat Italia.
Konsumsi pasta menjadi sesuatu yang hits banget dan nyajiin pasta ke tamu jadi tanda prestise tersendiri. Sampai saat itu, pasta dimakan pake tangan dan penambahan saus bikin cara makan pasta jadi makin beragam.
Oleh karena itu, alat-alat tambahan mulai muncul di meja-meja kelas atas. Ketika makan pasta dengan saus tomat jadi tren, garpu kemudian diadopsi sebagai alat sehari-hari, dan muncul format garpu baru yang khusus dibuat untuk makan pasta.
"Evolusi cara makan pasta dari menggunakan tangan hingga garpu khusus mencerminkan bagaimana makanan ini berubah status dari makanan biasa menjadi hidangan yang memiliki etiket tersendiri," ungkap Prof. Lidia Bastianich, pakar kuliner Italia-Amerika.
Pada tahun 1878, pasta mulai dibumbui dengan saus tomat dan minyak, untuk kemudian ditambah dengan kreativitas ibu rumah tangga, koki, dan para foodies, yang mulai mencampurnya dengan produk khas Italia kayak keju mozzarella, keju Parmesan, ham, daging babi, daging, dan ikan lainnya. Selama abad ini, pasta dikukuhkan sebagai bahan utama masakan Italia.
Tahun 1914, proses pengeringan buatan memungkinkan pasta tersedia di semua wilayah Italia. Perkembangan gede pasta Italia pada pergantian abad ini terkait erat dengan ekspor, yang mencapai level keren 70.000 ton, banyak di antaranya dikirim ke Amerika Serikat.
Kemudian, negara-negara pengimpor mulai memproduksi mesin untuk membuat produk pasta sendiri dan ini sukses menaklukkan dunia. Sejak saat itu, orang-orang mulai menyebut fenomena ini sebagai Industri Pasta.
"Pasta bukan hanya makanan, tapi sudah menjadi budaya global. Dari Itali ke Indonesia, pasta telah berhasil beradaptasi dengan selera lokal sambil tetap mempertahankan esensinya," tutup Dr. Santoso Wirjoatmodjo, pakar kuliner Indonesia.