Pasta merupakan salah satu makanan paling populer di dunia, tetapi sejarah dan evolusinya sangat panjang dan penuh kejutan. Meskipun banyak yang mengaitkan pasta dengan Italia, bentuk awal makanan serupa telah ditemukan dalam peradaban kuno seperti Yunani dan Tiongkok. Bahkan, beberapa ahli menyebut bahwa bentuk awal pasta telah ada sejak 4.000 tahun yang lalu.
Di Italia, pasta mulai berkembang secara signifikan pada abad ke-13. Kota Palermo, di Sisilia, disebut-sebut sebagai tempat pertama di Eropa yang memiliki industri pasta kering. Hal ini dimungkinkan karena iklim hangat dan kering yang cocok untuk mengeringkan pasta secara alami. Produksi massal pasta kering membantu menjadikannya makanan pokok yang murah dan tahan lama bagi masyarakat setempat.
Pasta kemudian menyebar ke seluruh Italia dan mengalami berbagai variasi bentuk dan penyajian. Misalnya, lasagna berasal dari wilayah Emilia-Romagna, sedangkan spaghetti lebih populer di wilayah selatan seperti Napoli. Masing-masing jenis pasta biasanya dipadukan dengan saus khas wilayah tersebut. Misalnya, pasta dari wilayah utara sering disajikan dengan saus berbasis keju dan krim, sedangkan pasta selatan cenderung menggunakan tomat dan minyak zaitun.
Masuknya pasta ke Amerika dimulai pada akhir abad ke-19 ketika gelombang besar imigran Italia datang ke New York dan kota-kota besar lainnya. Dalam waktu singkat, pasta menjadi bagian dari budaya kuliner Amerika. Kini, di supermarket mana pun di dunia, Anda dapat dengan mudah menemukan berbagai jenis pasta kering dari spaghetti hingga penne.
Dari sisi gizi, pasta adalah sumber karbohidrat kompleks yang memberikan energi tahan lama. Pasta dari gandum utuh (whole wheat) memiliki kandungan serat tinggi dan indeks glikemik lebih rendah. Namun, penting juga memperhatikan takaran dan jenis saus yang digunakan agar tetap sehat. Saus berbahan dasar sayur lebih disarankan dibanding saus krim berat atau berlemak.
Di luar Italia, pasta telah mengalami adaptasi budaya. Di Indonesia, misalnya, Anda bisa menemukan pasta disajikan dengan sambal matah atau rendang. Di Jepang, pasta fusion sering disajikan dengan saus berbahan dasar kedelai atau topping seperti nori dan bonito. Ini menunjukkan betapa fleksibelnya pasta dalam beradaptasi dengan berbagai cita rasa lokal.
Selain rasa dan kepraktisan, popularitas pasta juga didukung oleh visualnya yang menarik. Restoran dan influencer makanan di media sosial sering menampilkan hidangan pasta yang menggugah selera dengan warna cerah, piring estetik, dan taburan keju yang menggoda.
Di era modern, bahkan ada pasta yang dibuat dari bahan alternatif seperti kacang-kacangan, quinoa, dan sayuran seperti bayam dan bit. Tujuannya adalah memberikan pilihan lebih sehat, bebas gluten, atau lebih ramah bagi vegan. Inovasi ini menjadikan pasta tak hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol gaya hidup sehat dan fleksibel.
Secara keseluruhan, perjalanan pasta dari makanan rakyat menjadi ikon global adalah kisah luar biasa tentang budaya, kreativitas, dan adaptasi. Pasta tidak hanya tentang cita rasa, tetapi juga tentang warisan kuliner yang menyatukan berbagai budaya di meja makan.